Pages

Selasa, 29 Januari 2013

ISPA


Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA)

ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang melibatkan salah satu atau lebih dari organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring dan laring. ISPA mencakup: tonsilitis (amandel), sinusitis, rhinitis, laringitis, faringitis.
ISPA.jpg


PENYEBAB
ISPA dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus, virus yang paling banyak menyerang adalah virus Rhino. 

Sekitar 15% dari faringitis akut disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang paling banyak menyerang adalah Streptococcus, sehingga dikenal sebagai "Strep Throat".

Pada kondisi tertentu jamur pun dapat menyebabkan ISPA

GEJALA
Yang termasuk gejala ISPA adalah badan pegal (myalgia), batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan, beringus, demam ringan, tekanan di muka, bersin. 

Gejala biasanya tampak setelah 1-3 hari setelah terpapar patogen microbial. Penyakit ini biasa berlangsung selama 7-10 hari.

Gejala ISPA yang disebabkan oleh streptpcoccus adalah sakit leher tiba-tiba, sakit saat menelan dan demam tanpa diikuti hidung beringus, suara berubah atau batuk.

Kadang kala, gejala ISPA dibarengi sakit dan tekanan di kuping yang disebabkan oleh infeksi telinga tengah (otitis media) dan mata merah disebabkan oleh virus conjuvitis

Catatan:
Antibiotik. Untuk mencegah bertambahnya bakteri resisten terhadap obat, maka penggunaan antibiotik harus sebijak dan sebaik mungkin. Pada ISPA yang disebabkan oleh virus sebaiknya tidak digunakan antibiotik karena antibiotik tidak dapat melawan virus. Walau demikian, pada pasien yang berisiko tinggi  mengalami penyakit paru-paru seperti COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease), penyelidikan membuktikan bahwa demi membantu pengobatan bronchitis dengan antibiotik untuk mempersingkat lama penyakit. 

Kamis, 17 Januari 2013

Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
 
OLEH:  YULINDA ANGGRAINI HIDAYAH


PENGERTIAN :
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan tanda-tanda vital adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit

JENIS PEMERIKSAAN TTV :
Pemeriksaan Suhu Tubuh
Pemeriksaan nadi
Pemeriksaan Tekanan darah
Pemeriksaan pernapasan
Pemeriksaan bio metrika dasar
Pemeriksaan neorologi

I. PEMERIKSAAN SUHU TUBUH :
LANDASAN TEORI
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh hipotalamus.

PENGERTIAN
Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas dari tubuh ke lingkungan.

Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain berasal dari :
Metabolisme dari makanan ( Basal Metabolic Rate )
Olahraga
Shivering atau kontraksi otot skelet
Peningkatan produksi hormon tiroksin ( meningkatkan metabolisme seluler )
Proses penyakit infeksi
Termogenesis kimiawi ( rangsangan langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau dari rangsangan langsung simpatetik )

Proses hilangnya panas tubuh :
1. Radiasi
adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lain tanpa melalui kontak langsung.
Ex : orang berdiri didepan lemari es yang terbuka
2. Konduksi
adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui kontak langsung,
ex : kontak langsung dengan es
3. Konveksi
adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan udara.
Ex :udara yang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat
4. Evaporisasi
adalah pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan.
Ex : pernapasan dan perspiration dari kulit.
keringat meningkatkan pengeluaran panas tubuh

Factor yg mmpengaruhi suhu tubuh :
Umur
Aktifitas tubuh
Jenis Kelamin
Perubahan emosi
Perubahan Cuaca
Makanan, minuman
Rokok n obat2an

Lokasi pemeriksaan suhu tubuh :
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu :
di mulut (oral),
anus (rectal),
ketiak (axilla)
telinga ( auricular )

Alat pengukur suhu tubuh :
Secara umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca (glass thermometers) dan termometer digital, Skala yang sering digunakan adalah termometer skala Celcius ( Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat Celcius dan titik didih 100 derajat Celcius.

Prosaedur pemeriksaan :
Pengukuran suhu oral dianggap paling mudah dan aman, namun kurang akurat Penggunaan sering dilakukan pada :
Anak
Pasien dengan radang mulut
Pasien yang bernapas dengan mulut atau menggunakan alat bantu napas

II. PEMERIKSAAN NADI
LANDASAN TEORI :
Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri

PENGERTIAN :
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan jantung.
Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung.

Factor yg mmpengaruhi prubahan nadi :
Cemas dan stres
Penyakit trutama penyakit cardio vascular
suhu
aktifitas dan olah raga
makanan dan minuman
umur dan jenis kelamin

Lokasi pemeriksaan nadi :
1. Arteri radialis
Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin
2. Arteri Brankialis
Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest pada infant
3. Arteri Karotid
Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak
4. arteri poplitea
terletak pada belakang lutut
5. arteri dorsalis pedis atau arteri
tibialis posterior pada kaki

Alat yg dGunakan untk mmeriksa nadi :
Stethoscope (auskultasi)
Jeri-jari tangan (palpasi)

Prosedur perhitungan :
hitung nadi selama 1 menit
bila perhitungan selama 15 detik maka dikalikan 4 (empat)
bila pertingan selama 30 menit maka dikalikan 2 (dua)
perhitungan perkalian hanya dilakukan pada frekuensi nadi yang teratur

III. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
LANDASAN TEORI :
Pemeriksaan tekanan darah diperoleh dari pengkuran pada sirkulasi arteri. Aliran darah akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang yaitu gelombang tinggi yang disebut tekanan systole dan gelombang pada titik terendah yang disebut tekanan diastole.
Satuan Tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm hg).

PENGERTIAN :
tekanan darah adala kecepatan aliran darah persatuan dinding pada pembuluh darah yang diberikan oleh darah yang mengalir

Faktor yg mempengaruhi TD :
Tolakan perifer
Gerakanmemompa oleh ajntung
Volume darah
Kekentalan darah
Latihan fisik
Posisi tubuh
Makanan, minuman n obat – obatan
Lingkungan
emosi

Lokasi pemeriksaan :
Lengan,sebaiknya lengan kiri karena dekat dengan jantung dan hindari penempatan manset pd lengan yg terpasang infus, terpasang shun arterivena, lenan yg mengalami fistula, trauma dan tertutup gip/balutan
Pergelangan kaki bagian atas

Alat yang digunakan :
1. Stethoscope,Bagian-bagiannya terdiri dari
gagang
selang penghubung
bel n diafragma
2. Sphygmanometer ( digital n air raksa )bagiannya tediri dari
manometer air raksa n klep pembuka pnutup
manset pengisi udara
selang dari karet
pompa udara dari karet n secrup pmbuka pnutup

IV. PEMERIKSAAN PERNAPASAN
LANDASAN TEORI :
Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan. Bernapas dapat dalam dan dapat pula dangkal. Pernapasan yang dalam akan mempunyai volume udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau pada waktu mengeluarkan napas/ ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume udara akan mengecil.

PENGERTIAN :
1 Pernapasan adl suatu pross kluar dan masukx udara dalam paru2 yang disertai dg suatu keadaan pertukaran gas O2 dengan CO2
2. Pernapasan luar adl proses penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan
3. Pernapasan dlm adl proses prtukaran gas antara sel jaringn dg cairan sekitarx

Teknik pemeriksaan pernapasan :
Lihat
Dengar
Rsakan
Pada penderita sadar jangan sampai penderita mengetahui bahwa frekwensi pernapasanx sedang dihitung

ANATOMI :
Hidung
Faring
Laring
Trakea
Bronkus
Bronkeulus
Alveoli
Paru - paru

FISIOLOGI :
Udara masuk kedlm rongga hidung, udara tersaring, dihangatkan n dilembapkn.pertikel2 debu yg kasar dpt disaring oleh bulu2 hidung yg trdapt dlm lubang hidung sdangkn pertikel halus akan trjerat dlm lapisan mukus sehingga udara yg xmpe paring bbs debu n brsuhu mndekti shu tubh serta dg klebabn 100 %. udara yg tlah mencapai trakea dan bila msh mengandung partikel debu akan dTangkap oleh sekret2 dalnjutnya akan dTeruskan kedalam paru2 dan melalui pembluh alveoli O2 dan CO2 tertukar dan terjadilah proses pernapasan.

Metode perhitungan :
Satu pernapasan adl satu kali menghirup napas dan satu kali mengeluarkan napas (satu kali gerakan nak turun)
Pernapasan dihitung selama 30 detik lalu dikalikan 2 untuk mendapatkan frekuensi pernapasantiap menit, pada keadaan normal mungkin pernapasan hanya dihitung selama 15 detik lalu hasilx dikalikan 4

Frekuensi napas normal :
Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit
Anak2 15 – 30x/menit
usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit
dewasa 16 – 20 x/menit.
Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut
Apnea : Bila tidak bernapas .

V. PEMERKSAAN BIOMETRIAKA
1. Pemeriksaan BB
2. Permeiksaan TB

BBI (Brat bdan ideal) :
BBI Dwasa = (TB - 100) – (TB - 100) x 10%
= (B – 100) x 90%
Anak (1 – 10 thn) = (umur thn X 2) + 8
bayi (0 – 12 thn) = (umur bln) : 2 + 4

BMI (Body ms index) = BB
TBXTB(cm)
Ket :
K = < 18,5 kg N = 18,5 – 24 kg OR =24 – 27 kg OS = 27 – 30 kg OB = > 30 kg

3. Pemeriksaan elasitas kulit
Elastisitas kulit atau turgor menggambarkan keadaan keseimbangan cairan tubuh . secara sederhana dengan melakukan pemeriksaan turgor kulit . dapat diketahui derajat kekurangan cairan tubuh ( dehidrasi ).

V. PEMERKSAAN NEOROLOGI
1. Fungsi selebral
2. Fungsi nervus cranial
3. Fungsi motorik
4. Fungsi sensorik
5. Refleks

1. Fungsi selebral :
Keadaan umum, tingkt ksadran yg umumx dKembngakan dg Glasgow coma scala (GCS) :

Reflek membuka mata (E)
4 : membuka scara spontan
3 : dg rangsangan suara
2 : dg rangngan nyeri
1 : tdk ada respon
Reflek verbal (V)
5 : orientasi bq
4 : kta,klimat bq tp isix prckpn mmbingungkn
3 : kta2 bq tp klimat tdk baik
2 : kta2 tdk dpt dMngerti
1 : tdk kluar suara
Reflek motorik (M)
6 : mlakukn printh dg bq
5 : mngenali nyri lokal tp tdk mlkukn prnth dg
baik
4 : dpt mnghindari rangsangn dg tngan flksi
3 : hax dpt mlakukn fleksi
2 : hax dpt mlakukn ekstensi
1 : tdk ada grakn

Drajat kesadaran :
Sadar : dpt brerorientasi n brkomunikasi
Somnolen : dpt dGugah dg brbagai stimulasi,breaksi scara M/V kmudian trtidur lg, glisah/tnang
Stupor : grakn spontn, mnjwb scra rflek pd rangsangn nyeri, pndengarn dgn suara kras n penglihtan kuat, V trbatas pd satu or dua kta sja, non verbal dng menggunkn kpala
Semi koma : tdk trdapat respon V, reaksi rangsangn kasar dan ada yg menghindar
ex ; menghindari tusukan
Koma : tdk breaksi pd stimulus

Kualitas kesadaran :
Compos mentis (CM) : breaksi scara adekuat
Abstensia drowsy (ksadaran tumpul) : tdk tidur n tdk bgitu waspada, perhatian rhadap skeliling brkurang, cndrung mngantuk
Confused (bingung) : disorientasi tempa, waktu, orang
Delerium : mentl n M kacau, halusinasi
Apatis : tdk tdur, acuh tk ach,tdk bicara, pandangn hampa

2. Fungsi nervus cranial :
cara pemerksaan
N.I : olfaktorius (daya penciuman)
N.II : optikus (tajam penglihatan)
N.III : okulomorius (grakn klopak mta kAtas, kontriksi pupil, grakn otot mata)
N.IV=N.III : trochlearis (grkan mata kBwah n dlm)
N.V : trigeminal (mnguxh,sensasi wajh,gigi,lidah,reflek kornea n rflk.kdip).
N.VI=N.III : abducend (deviasi mata kelateral)
N.VII : fasialis (gerakan oot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah)
N.VIII : vestibulocochlearis (pendengaran n keseimbangan)
N.VIX : glosofaringeus (sensasi rasa 1/3 posterior lidah)
N.X : vagus (reflek muntah n mnelan)
N.XI : accesorius (grakan otot trapezius dan otot sternocleoudus masteodeus)
N.XII : hipoglosus (grakan lidah)

Cara pengujian fungsi nervus cranial :
N.I
px mmjamkn mata,disuruh membdakn bau yg dRasakan (kopi,tmbakau,alkohol,dll)
N.II
dg snelen card,foduscope,priksa lapang pandang
N.III
tes ptran bola mata, menggrakkn konjungtva,palvebra,rflk pupil,inspeksi bola mata

N.IV
grakkan mata kBawah n kdalam
N.V
grakkn rahang kSmua sisi,px mmjamkan mata,senth dg kpas pd dahi n pi2.reaksi nyeri dlakukn dg bnda tumpul n reaksi suhu dg air pnas or dingin.
N.VI
= N.III
N.VII
senyum,bersiul,menggrakkn dahi,mengangkt alis mata,mntup klopak mta dg thanan,mnjulurkn lidah untk membdakan gula n gram

N.VIII
tes webber n rinne
N.IX
membdakan rasa manis n asam
N.X
menyenth faring posterior, px mnelan ludah or air n sduruh mengucapkn “ah....!”
N.XI
palpasi n catat kkuatn otot trapesius,surh px mngangkt bahu n lakukn thanan sambl px mlawan thanan tsb.palpasi n catat kkuatn otot sternokleodomasteudeus dg cara surh px mmutar kpala n lakukn tahanan n surh px mlawan thanan
N.XII
px dsuruh menjulurkn lidah n dgrakkan dari sisi ke sisi.surh px mnekan pi2 bagian dlm lalu tekan dari luar n printah px mlawan tkanan tadi

3. Fungsi motorik :
Otot
ukuran otot : atropi/hipertropi
tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan
kekuatan : fleksi, ekstensi,abduksi, adduksi.
Gait (keseimbangan) : dgn rombergs tes

Drajat kekuatan motorik :
5 : kekuatan pnuh untuk mlakukn aktifitas
4 : ada grakan tp dtk pnuh
3 : ada kkuatan brgrak untuk mlawan grapitas bumi
2 : ada kmampuan brgrak tp tdm mampu mlawan grafitasi bumi
1 : hanya ada kontraksi
0 : tdk ada kontraksi sma skli

4. Fungsi sensorik :
# Tes :
nyeri
suhu
raba halus
gerak
getar
tekan
refered pain (cubit)

5. Fungsi refleks :
reflek superfisial
reflek gluteal (pantat)/panggul
carax : goreskn/tusukan daerah gluteal
respon : gerakn reflek torik otot gluteal ipsi
lateral
Reflek tendon/periosteum
reflek patela
cara : ketuk pd tendon patella
respon : plantar fleksi cz kontraksi m.Quadrisep
femoris
Reflek patologis
- babinsky
cara : penggoresan tlapak kki bagian lateral
dr posterior ke anterior
respon : ekstensi ibu jari kaki n pengemba
ngan jari-jari kki lainx
- gordon
cara : penekanan betis secara keras
respon : spt babinsky
Rossolimo
cara :mengetukkan pd tlapk kaki
respon : fleksi jari2 kki pd sendi interfalangeal
Hoffman
cara : menggoreskn pd kuku jari tangan px
respon : jari2 fleksi

Reflek primitif
- grasps refleks
cara : mnekan jari pmeriksa pd tlapak
tangan px
respon : tangan px mengepal
- palmo-mental refleks
cara : goreskn ujung pena pd tlapak tngan
respon : kontraksi otot mntalis

Selasa, 08 Januari 2013

Kebutuhan Oksigenasi Manusia


KEBUTUHAN OKSIGENASI MANUSIA




1.      Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhuan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktivitas bagi berbagai organ atau sel.



Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi

Saluran pernapasan bagian atas.
Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung. 
Faring, merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak sampai dengan esophagus.
c.        Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
d.    Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses menutup.

Saluran pernapasan bagian bawah.
Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima.
Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri.
c.        Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d.   Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen dengan karbondioksida.

Paru-Paru (Pulmo)
Paru-paru merupakan organ utama dalam system pernapasan.

Proses Oksigenasi
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenisasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan;
  1. Ventilasi, proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke dalam atmosfer.
Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a.   Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer
b.   Adanya kondisi jalan napas yang baik
c.   Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh ventilasi.

  1. Difusi, merupakan pertukaran antara o2 dari alveoli ke kapiler paru- paru dan co2 dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
a.  Luasnya permukaan paru-paru
b.  Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.
c.  Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Haemoglobin.

  1. Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
a.  Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. 
b.   Kondisi pembuluh darah, latihan dan aktivitas seperti olah raga dan lain-lain.



2.      Faktor-faktor  yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi 
a.    Saraf otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis.
b.    Hormonal dan obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat melebarkansaluran pernapasan.
c.    Alergi pada saluran napas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan dan lain-lain.
d.   Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi karena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak.
e.    Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi.
f.     Faktor perilaku
Perilaku yang dimaksud diantaranya adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok dan lain-lain.

3.      Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
a.    Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). 

b.    Perubahan Pola Pernapasan
1)      Takipnea, merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
2)      Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ±10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial yang di sertai narkotik atau sedatif.
3)      Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengkompensasi metabolisme tubuh yang melampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam, sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini ditandai adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain.
4)  Kussmaul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
5)  Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen.
6)      Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapatdisebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebuhan, dan pengaruh psikis.
7)      Ortopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongesif paru-paru.
8)      Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dari siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur.
9)    Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektasis.
10)  Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengancheyne stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur.
11)  Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring.

c.    Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada induvidu dengan pernapasan yang mengalami ancaman, terkait dengan ketidak mampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, immobilisasi, statis sekresi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident (CVA), akibat efek  pengobatan sedative, dan lain-lain.

Tanda klinis :
1)      Batuk tidak efektif atau tidak ada
2)      Tidak mampu mengeluarkan sekret di jalan napas
3)      Suara napas menunjukkan adanya sumbatan
4)      Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal



d.      Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antar alveoli paru-paru dan sistem vaskular. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau immobilisasi akibat sistem saraf; depresi susunan saraf pusat; atau penyakit radang pada paru-paru. Terjadinya gangguan dalam pertukaran gas ini menunjukkan bahwa penurunan kapasitas difusi dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2, dan terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasio ventilasi perfusi yang tidak baik.

Tanda klinis :
1)     Dispnea pada usaha napas
2)     Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang
3)     Agitasi
4)     Lelah, alergi
5)     Meningkatnya tahanan vascular paru-paru
6)     Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2
7)     Sianosis.

4.      Tindakan untuk Mengatasi Masalah Kebutuhan Oksigenasi
  1. Latihan napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat mengurangi stress.
Prosedur Kerja :
1)   Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3)   Atur posisi (duduk atau terlentang)
4) Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas terlebih dahulu melalui hidung dengan mulut tertutup.
5)  Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup.
6)   Catat respon yang terjadi
7)   Cuci tangan 

  1. Latihan batuk efektif 
Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea, dan bronkhiolus) dari sekret atau benda asing.

Prosedur Kerja :
1)   Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk kedepan
4) Anjurkan untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan menggunakan pernapasan diafragma.
5)  Setelah itu tahan napas selama ± 2 detik 
6)  Batukkan 2  kali dengan mulut terbuka
7)  Tarik napas dengan ringan
8)   Istirahat
9)   Catat respons yang terjadi
10) Cuci tangan

  1. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.

Persiapan Alat dan Bahan :
1)      Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2)      Nasal kateter, kanula, atau masker
3)      Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)

Prosedur Kerja :
1)   Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3)   Cek flowmeter dan humidifier
4)   Hidupkan tabung oksigen
5) Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.
6)   Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7)  Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan lubrikan dan masukkan.
8)   Catat pemberian dan lakukan observasi.
9)   Cuci tangan

  1. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Persiapan Alat dan Bahan :
1)      Pot sputum berisi desinfektan
2)      Kertas tisu
3)      Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
4)      Satu bantal (untuk postural drainage)
Prosedur Kerja :

Postural drainage
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3)      Miringkan psien ke kiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan)
4)      Miringkan pasien ke kanan (untuk membersihkan bagian paru-paru kiri)
5)      Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu bantal (untuk membersihkan bagian lobus tengah)
6)      Lakukan postural drainage ± 10-1menit
7)      Observasi tanda vital selama prosedur 
8)      Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating,dan suction.
9)      Lakukan hingga lendir bersih
10)  Catat respon yang terjadi
11)  Cuci tangan

Clapping 
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3)      Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya
4)      Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk  punggung pasien secara bergantian hingga ada rangsangan batuk. 
5)      Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum pada pot sputum.
6)      Lakukan hingga lendir bersih
7)      Catat respon yang terjadi
8)      Cuci tangan

Vibrating 
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
3)      Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
4)      Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan meminta pasien untuk mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua tangan di atas bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan-lahan. Hal tersebut dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum.
5)      Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung sputum di pot sputum.
6)      Lakukan hingga lendir bersih
7)      Catat respon yang terjadi
8)      Cuci tangan

  1. Pengisapan lendir 
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksegenasi.

Persiapan Alat dan Bahan :
1)      Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
2)      Kateter pengisap lendir
3)      Pinset steril
4)      Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
5)      Kasa steril
6)      Kertas tisu

Prosedur Kerja :
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3)      Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
4)      Gunakan sarung tangan
5)      Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
6)      Hidupkan mesin penghisap
7)      Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
8)      Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9)      Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
10)  Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
11)  Lakukan hingga lendir bersih
12)  Catat respon yang terjadi
13)  Cuci tangan